Januari 15, 2008 pada 9:40 pm | Ditulis dalam Khutbah Tertulis |
Oleh: Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al-Maidani
Khutbah yang pertama
Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .
Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya,
telah meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika
para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk.
Sementara para sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa
mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Beliau
sedang menanti penggalian kubur seorang yang baru saja meninggal.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan,
dituntunkan kepadanya untuk bersikap tenang, diam, hening, dan tidak
mengucapkan dzikir-dzikir dengan suara yang keras. Terlebih lagi
berbicara mengenai urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang
seperti ini, hendaknya dia berpikir tentang kematian yang akan menimpa
setiap manusia tanpa terkecuali. Sudahkah dia berbekal diri untuk
menghadapinya. Ini membutuhkan perenungan yang dalam, sehingga
melahirkan keimanan, ketakwaan, dan amal sholeh yang diterima disisi
Allah.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan mengucapkan:
أعوذ بِاللّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْر
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap ke alam akhirat dan
meninggalkan alam dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat berwajah
putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain
kafan dan minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh
mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di
dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطيبة، أخرجي إلي مغفرة من الله و رضوان
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur dari
mulut wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak
dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat pencabut nyawa dan
segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian
mereka meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah
mereka bawa. Maka nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang
paling terbaik di muka bumi. Lalu mereka menyertainya untuk naik ke
langit. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para
malaikat itu akan bertanya: “Siapakah nyawa yang baik ini?” Mereka
menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”, dan disebutkan namanya yang
paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.
Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit, mereka meminta agar
pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit dia diiringi
oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang akan
terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah
berfirman:
اكتبوا كتاب عبدي في عليين, و أعيدوه إلى الأرض, فإني منها خلقتهم, وفيها أعيدهم, و منها أخرجهم تارة أخرى
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua
orang malaikat kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu? Maka dia
menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya kembali bertanya, apa agamamu?
Maka dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya kembali bertanya,
siapa orang yang telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab,
beliau adalah utusan Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang
telah mengajarimu? Maka dia menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman
kepadanya dan membenarkannya.
Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Hambaku ini
telah benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari surga dan bukakanlah
sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Adapun bila seorang yang kafir meninggalkan alam dunia dan menghadap
ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit sejumlah malaikat yang
berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain kafan yang buruk dan
kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu
datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat
pencabut nyawa berkata,
“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya. Kemudian malaikat
pencabut nyawa merenggut nyawanya seperti mencabut besi pemanggang
daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa
mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan
segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu
mereka meletakkannya pada kain kafan (yang telah mereka bawa) itu.
Sehingga keluarlah dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk di atas
muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit dunia dan dimintakan
agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun pintu langit tidak
dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak
akan masuk surga sampai onta bisa masuk ke dalam lubang jarum.” (QS.
Al-A’rof: 40)
Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,
“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.
Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, Maka dia seolah-olah
jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh
angin ke tempat yang jauh”. (surat Al Hajj:ayat 31)
Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka dua orang
malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa
Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak tahu”. Keduanya kembali
bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia
menjawab, “Hah..hah..aku tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang
menyeru dari langit, “Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya
permadani dari api neraka dan bukakanlah sebuah pintu ke neraka.”
Sehingga hawa panas dan racun neraka pun menerpanya dan kuburnya
dipersempit sampai tulang-tulang rusuknya saling bergeser. Lalu datang
kepadanya seorang yang buruk wajahnya, pakainnya, dan busuk baunya.
Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan segala yang akan memperburuk
keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan.” Maka si
kafir bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang
dengan membawa keburukan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang
buruk.” Lalu si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah engkau
datangkan hari kiamat”.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam
kitabnya “Ahkamul Janaiz” (hal. 156-157) dan tahqiq beliau terhadap
“Syarh Aqidah Thahawiyyah” (hal. 397-398).
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Inilah keadaan seorang yang mukmin dan seorang yang kafir tatkala
meninggalkan alam dunia dan masuk ke dalam alam akhirat yang dimulai
dengan alam barzakh (alam kubur). Wallahu a’lam bi showab
Khutbah yang kedua
Khutbah yang kedua
Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .
Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti urusannya telah
selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam barzakh (alam kubur).
Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat yang sesungguhnya.
Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau
perantara bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam
dunia dan alam akhirat. Di alam barzakh, manusia akan mengalami
berbagai masalah yang menandakan bahwa urusannya belum selesai dengan
semata-mata meninggalkan alam dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama
kali yang akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di dalam
kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro` bin ’Azib yang terdahulu.
Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat kebaikan atau keburukan,
akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dua
malaikat itu.
Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad manusia tidak akan mampu
untuk menjawabnya. Yang akan menjawabnya adalah ruh dan jiwa manusia
yang telah diisi saat di alam dunia dengan kebaikan atau keburukan.
Adapun seorang yang mukmin niscaya akan dimudahkan oleh Allah untuk bisa
menjawab pertanyaan kubur yaitu tentang siapa Rabmu, apa agamamu, dan
siapa nabimu. Itulah yang Allah maksudkan dengan firman-Nya:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Di dalam sebuah hadits yang shohih dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib
radhiyallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
الْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِي الْقَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Seorang hamba yang muslim bila ditanya di dalam kuburnya, niscaya
dia akan bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya muhammad adalah utusan Allah”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”. (HR. Al Bukhari dan
Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu
mengucapkan dua kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan
Rasulullah”, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat ini, maka
dia akan menjawabnya sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di dunia.
Oleh sebab itu, seorang hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan tidak
bertaubat darinya, sangat mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
di dalam kuburnya, walaupun dia seorang yang mukmin.
Telah datang sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:
إِنّهُمَا لَيُعَذّبَانِ، وَمَا يُعَذّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، ، وَأَمّا الاَخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنّمِيمَةِ
إِنّهُمَا لَيُعَذّبَانِ، وَمَا يُعَذّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، ، وَأَمّا الاَخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنّمِيمَةِ
”Orang-orang yang berada di dalam dua kubur ini, sungguh sedang
disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena suatu masalah yang besar.
Adapun salah satu dari keduanya, dahulu tidak mau menjaga diri dari air
kencing. Sedangkan yang lain, dahulu biasa berjalan untuk mengadu
domba”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang yang
disiksa di dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang
disiksa oleh Allah di alam kubur bukan karena kekafiran saja tetapi juga
karena dosa-dosa besar.
Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah
pelepah kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian.
Beliau meletakkannya di masing-masing dua kubur ini dengan harapan
semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingan siksa keduanya, selama
pelepah kurma itu masih basah dan belum kering.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga kita dimudahkan
untuk menjawab pertanyaan kubur dan diselamatkan dari siksanya.
Wallahu a’lam bis shawab.