Daftar Anggota Baru Forum Kajian Ekonomi Islam (FoKEI) | ||||
Periode 2013-2014 | ||||
No | Nama | NIM | Gol.Darah | |
1 | GANDI RIAN UTAMA | A1A 013 046 | ||
2 | DEDI RUSTIAWAN | A1A 013 025 | A | |
3 | UJI PURNAMA | A1A 013 | ||
4 | L. DANU ANGGRIAWAN | A1A 013 | ||
5 | ZAINUL HADI | A1A 012 160 | O | |
6 | AHYAR ROSIDI | A1B | ||
7 | SUSANTO | A1A 212 144 | ||
8 | AHMAD CHANDRA NUGRAHA | A1A | A | |
9 | PAWA'ID | A1C 212 119 | ||
10 | JAMILUDIN | A1A 013 058 | O | |
11 | ABDUL KASIM | A1A 013 002 | O | |
12 | BIMBI YUSMITO | A1A 212 022 | ||
13 | ZULKIPLI GUFRON | A1A 212 162 | ||
14 | DEDI SUPRIANTO | A1A | B | |
15 | ISMAN WADI | A1C 013 055 | O | |
16 | FARHA | A1C 013 033 | ||
17 | BANGKIT SAPUTRA | A1C 013 017 | O | |
18 | MOH. AL GOFIQI | A1C 013 085 | ||
Akhwat | ||||
19 | NIHAYATUZZAIN | A1B 012 116 | O | |
20 | BAIQ RUSMAWATI SUNDARI | A1B 013 030 | ||
21 | SITI HARMONIKA | A1A 011 135 | B | |
22 | INDRAWATI | A1C 013 049 | B | |
23 | SULISTIANI | A1A 011 139 | O | |
24 | SYFARNA WAJA BALI | A1A 011 141 | AB | |
25 | NILA SUSANTI | A1A 011 103 | B | |
26 | EKA HARDIANTI | A1C 013 029 | O | |
27 | LINA NURHIDAYAH | A1C 013 071 | ||
28 | TITI ADAWIYAH | A1C 013 145 | A | |
29 | NANDINA MEDYANA | A1C 013 095 | ||
30 | DWI NOVILIANI | A1C 013 027 | B | |
31 | RINA HARDIANI | A1C 013 129 | ||
32 | ANDRIA ULFA | A1A 013 014 | A | |
33 | IRMA FITRIANI | A1C 013 052 | AB | |
34 | NURHIDAYAH | A1C 013 110 | O | |
35 | USWATUN SHOLEHAH | A1A 013 124 | ||
36 | EKA MARTAYANTI | A1A 013 035 | ||
37 | RESTY ANDAENI | A1C 211 126 |
Senin, 21 Oktober 2013
DAFTAR ANGGOTA BARU FoKEI 2013
Selasa, 10 September 2013
Senin, 01 April 2013
Perjalanan Ruh ketika Meninggalkan Dunia
Januari 15, 2008 pada 9:40 pm | Ditulis dalam Khutbah Tertulis |
Oleh: Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al-Maidani
Khutbah yang pertama
Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .
Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya,
telah meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika
para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk.
Sementara para sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa
mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Beliau
sedang menanti penggalian kubur seorang yang baru saja meninggal.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan,
dituntunkan kepadanya untuk bersikap tenang, diam, hening, dan tidak
mengucapkan dzikir-dzikir dengan suara yang keras. Terlebih lagi
berbicara mengenai urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang
seperti ini, hendaknya dia berpikir tentang kematian yang akan menimpa
setiap manusia tanpa terkecuali. Sudahkah dia berbekal diri untuk
menghadapinya. Ini membutuhkan perenungan yang dalam, sehingga
melahirkan keimanan, ketakwaan, dan amal sholeh yang diterima disisi
Allah.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan mengucapkan:
أعوذ بِاللّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْر
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap ke alam akhirat dan
meninggalkan alam dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat berwajah
putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain
kafan dan minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh
mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di
dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطيبة، أخرجي إلي مغفرة من الله و رضوان
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur dari
mulut wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak
dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat pencabut nyawa dan
segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian
mereka meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah
mereka bawa. Maka nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang
paling terbaik di muka bumi. Lalu mereka menyertainya untuk naik ke
langit. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para
malaikat itu akan bertanya: “Siapakah nyawa yang baik ini?” Mereka
menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”, dan disebutkan namanya yang
paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.
Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit, mereka meminta agar
pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit dia diiringi
oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang akan
terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah
berfirman:
اكتبوا كتاب عبدي في عليين, و أعيدوه إلى الأرض, فإني منها خلقتهم, وفيها أعيدهم, و منها أخرجهم تارة أخرى
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua
orang malaikat kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu? Maka dia
menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya kembali bertanya, apa agamamu?
Maka dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya kembali bertanya,
siapa orang yang telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab,
beliau adalah utusan Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang
telah mengajarimu? Maka dia menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman
kepadanya dan membenarkannya.
Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Hambaku ini
telah benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari surga dan bukakanlah
sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Adapun bila seorang yang kafir meninggalkan alam dunia dan menghadap
ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit sejumlah malaikat yang
berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain kafan yang buruk dan
kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu
datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat
pencabut nyawa berkata,
“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya. Kemudian malaikat
pencabut nyawa merenggut nyawanya seperti mencabut besi pemanggang
daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa
mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan
segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu
mereka meletakkannya pada kain kafan (yang telah mereka bawa) itu.
Sehingga keluarlah dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk di atas
muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit dunia dan dimintakan
agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun pintu langit tidak
dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak
akan masuk surga sampai onta bisa masuk ke dalam lubang jarum.” (QS.
Al-A’rof: 40)
Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,
“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.
Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, Maka dia seolah-olah
jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh
angin ke tempat yang jauh”. (surat Al Hajj:ayat 31)
Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka dua orang
malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa
Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak tahu”. Keduanya kembali
bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia
menjawab, “Hah..hah..aku tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang
menyeru dari langit, “Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya
permadani dari api neraka dan bukakanlah sebuah pintu ke neraka.”
Sehingga hawa panas dan racun neraka pun menerpanya dan kuburnya
dipersempit sampai tulang-tulang rusuknya saling bergeser. Lalu datang
kepadanya seorang yang buruk wajahnya, pakainnya, dan busuk baunya.
Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan segala yang akan memperburuk
keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan.” Maka si
kafir bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang
dengan membawa keburukan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang
buruk.” Lalu si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah engkau
datangkan hari kiamat”.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam
kitabnya “Ahkamul Janaiz” (hal. 156-157) dan tahqiq beliau terhadap
“Syarh Aqidah Thahawiyyah” (hal. 397-398).
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Inilah keadaan seorang yang mukmin dan seorang yang kafir tatkala
meninggalkan alam dunia dan masuk ke dalam alam akhirat yang dimulai
dengan alam barzakh (alam kubur). Wallahu a’lam bi showab
Khutbah yang kedua
Khutbah yang kedua
Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .
Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti urusannya telah
selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam barzakh (alam kubur).
Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat yang sesungguhnya.
Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau
perantara bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam
dunia dan alam akhirat. Di alam barzakh, manusia akan mengalami
berbagai masalah yang menandakan bahwa urusannya belum selesai dengan
semata-mata meninggalkan alam dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama
kali yang akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di dalam
kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro` bin ’Azib yang terdahulu.
Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat kebaikan atau keburukan,
akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dua
malaikat itu.
Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad manusia tidak akan mampu
untuk menjawabnya. Yang akan menjawabnya adalah ruh dan jiwa manusia
yang telah diisi saat di alam dunia dengan kebaikan atau keburukan.
Adapun seorang yang mukmin niscaya akan dimudahkan oleh Allah untuk bisa
menjawab pertanyaan kubur yaitu tentang siapa Rabmu, apa agamamu, dan
siapa nabimu. Itulah yang Allah maksudkan dengan firman-Nya:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Di dalam sebuah hadits yang shohih dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib
radhiyallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
الْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِي الْقَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Seorang hamba yang muslim bila ditanya di dalam kuburnya, niscaya
dia akan bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya muhammad adalah utusan Allah”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”. (HR. Al Bukhari dan
Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu
mengucapkan dua kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan
Rasulullah”, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat ini, maka
dia akan menjawabnya sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di dunia.
Oleh sebab itu, seorang hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan tidak
bertaubat darinya, sangat mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
di dalam kuburnya, walaupun dia seorang yang mukmin.
Telah datang sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:
إِنّهُمَا لَيُعَذّبَانِ، وَمَا يُعَذّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، ، وَأَمّا الاَخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنّمِيمَةِ
إِنّهُمَا لَيُعَذّبَانِ، وَمَا يُعَذّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، ، وَأَمّا الاَخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنّمِيمَةِ
”Orang-orang yang berada di dalam dua kubur ini, sungguh sedang
disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena suatu masalah yang besar.
Adapun salah satu dari keduanya, dahulu tidak mau menjaga diri dari air
kencing. Sedangkan yang lain, dahulu biasa berjalan untuk mengadu
domba”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang yang
disiksa di dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang
disiksa oleh Allah di alam kubur bukan karena kekafiran saja tetapi juga
karena dosa-dosa besar.
Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah
pelepah kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian.
Beliau meletakkannya di masing-masing dua kubur ini dengan harapan
semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingan siksa keduanya, selama
pelepah kurma itu masih basah dan belum kering.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga kita dimudahkan
untuk menjawab pertanyaan kubur dan diselamatkan dari siksanya.
Wallahu a’lam bis shawab.
Kamis, 28 Maret 2013
Perniagaan yang Tidak Akan Merugi
Ustadz Abdullah Taslim. MA
Semua manusia sepakat, meskipun secara tidak tertulis,
bahwa target mereka dalam setiap usaha yang mereka lakukan adalah meraih
kesuksesan, mendapat untung dan terhindar dari kerugiaan.
Ironisnya, kebanyakan manusia hanya menerapkan hal ini
dalam usaha dan urusan yang bersifat duniawi belaka, sedangkan untuk urusan
akhirat mereka hanya merasa cukup dengan ‘hasil’ yang pas-pasan dan seadanya.
Ini merupakan refleksi dari kuatnya dominasi hawa nafsu dan kecintaan terhadapa
dunia dalam diri mereka.
Allah Ta’ala mengisyaratkan keadaan mayoritas
manusia ini dalam firman-Nya,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ
عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari
kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”
(QS. ar-Ruum: 7).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Arti
(ayat ini): mayoritas manusia tidak memiliki ilmu pengetahuan kecuali dalam
(perkara-perkara yang berkaitan dengan) dunia, keuntungan-keuntungannya,
urusan-urusan dan semua hal yang berhubungan dengannya. Mereka sangat mahir dan
pandai dalam usaha meraih (keberhasilan) dan cara-cara mengusahakan keuntungan
duniawi, sedangkan untuk kemanfaatan (keberuntungan) di negeri akhirat mereka
lalai (dan tidak paham sama sekali), seolah-seolah mereka seperti orang bodoh
yang tidak punya akal dan pikiran (sama sekali).”[1]
Perniagaan Akhirat
Allah Ta’ala menamakan amalan-amalan shalih,
lahir dan batin, yang disyariatkan-Nya untuk mencapai keridhaan-Nya dan meraih
balasan kebaikan yang kekal di akhirat nanti sebagai “tijaarah”
(perniagaan) dalam banyak ayat al-Qur’an.
Ini menunjukkan bahwa orang yang menyibukkan diri
dengan hal tersebut berarti dia telah melakukan ‘perniagaan’ bersama Allah Ta’ala,
sebagaimana orang yang mengambil bagian terbesar dari perniagaan tersebut maka
dialah yang paling berpeluang mendapatkan keuntungan yang besar.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى
تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ
طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu)
kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dengan harta
dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. Niscaya
Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal
yang baik di surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. ash-Shaff:
10-12).
Imam asy-Syaukani rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala
menjadikan amalan-amalan (shalih) tersebut kedudukannya seperti ‘perniagaan’,
karena orang-orang yang melakukannya akan meraih keuntungan (besar) sebagaimana
mereka meraih keuntungan dalam perniagaan (duniawi), keuntungan (besar) itu
adalah masuknya mereka ke dalam surga dan selamat dari (siksa) neraka.”[2]
Inilah ‘perniagaan’ yang paling agung, karena
menghasilkan keuntungan yang paling besar dan kekal abadi selamanya, inilah
‘perniagaan’ yang dengannya akan diraih semua harapan kebaikan dan terhindar
dari semua keburukan yang ditakutkan, inilah perniagaan yang jelas lebih mulia
dan lebih besar keuntungannya daripada perdagangan duniawi yang dikejar oleh
mayoritas manusia.[3]
Oleh karena itu, Allah Ta’ala menyifati
‘perniagaan’ mulia ini sebagai perniagaan yang pasti beruntung dan tidak akan
merugi.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ
اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا
وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ. لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ
وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca
kitab Allah (al-Qur’an), mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari
rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dengan diam-diam maupun
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.
Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada
mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.” (QS. Faathir: 30).
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di rahimahullah
berkata, “(Inilah) perniagaan yang tidak akan merugi dan binasa, bahkan
(inilah) perniagaan yang paling agung, paling tinggi dan paling utama, (yaitu)
perniagaan (untuk mencari) ridha Allah, meraih balasan pahala-Nya yang besar,
serta keselamatan dari kemurkaan dan sisaan-Nya. Ini mereka (raih) dengan
mengikhlaskan (niat mereka) dalam mengerjakan amal-amal (shalih) serta tidak
mengharapkan tujuan-tujuan yang buruk dan rusak sedikitpun.”[4]
Barang Dagangan/ Perniagaan Allah Ta’ala Adalah
Surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya barang dagangan Allah sangat
mahal, dan ketahuilah bahwa barang dagangan Allah adalah surga.”[5]
Barang dagangan Allah Ta’ala yang mahal dan
mulia ini harganya adalah amalan shalih dan berkorban di jalan-Nya, sebagaimana
yang Allah Ta’ala isyaratkan dalam firman-Nya,
وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ
عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا
“Dan amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah
lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
(QS. al-Kahfi: 46).
Juga dalam firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ
حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ
مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ
هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya, Allah telah membeli dari orang-orang
mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga (sebagai balasan) untuk
mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh.
(Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan
al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?
Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah: 111) [6]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala
mengabarkan (dalam ayat ini), bahwa Dia telah mengganti (membeli) dari
hamba-hamba-Nya yang beriman jiwa dan harta mereka yang mereka curahkan di
jalan-Nya dengan Surga (sebagai harganya). Ini merupakan (bagian) dari karunia,
kebaikan dan kedermawanan-Nya, karena Dia menerima (untuk memberikan) ganti
(harga) dari apa yang merupakan milik-Nya, dengan (ganti yang berupa) anugerah
yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang (selalu) taat kepada-Nya. Oleh
karena itu, (Imam) Hasan al-Bashri rahimahullah dan Qatadah rahimahullah
berkata (tetntang ayat ini), ‘Demi Allah, Dia telah berjual-beli dengan mereka,
lalu Dia menjadikan sangat mahal harga (yang mereka terima, yaitu surga).’”[7]
Barang Dagangan yang Mahal Hanya untuk Pedagang dan
Pembeli Kelas Tinggi
Barang dagangan Allah Ta’ala yang sangat mulia
dan mahal ini, yaitu Surga, hanya pantas ‘diperdagangkan’ dan ‘dibeli’ oleh para
pedagang dan pembeli ‘kelas tinggi’, yaitu mereka yang siap mencurahkan segenap
kesungguhan dan perjuangan mereka, dengan jiwa, raga dan harta, untuk meraih
kesempurnaan iman dan keridhaan Allah Ta’ala.
Merekalah orang-orang ‘kelas tinggi’ dalam arti yang
sebenarnya, karena mereka siap berjuang dan mengorbankan segala yang mereka
miliki untuk memenuhi ‘selera mereka yang tinggi’, yaitu selera untuk
mendapatkan balasan yang tinggi, yaitu Surga.
Bukankah Allah Ta’ala menyifati Surga dalam
al-Qur’an dengan firman-Nya,
فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ
“Di dalam Surga yang sangat tinggi.” (QS.
al-Ghaasyiah: 10).
Demikian juga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyifati Surga Firdaus dalam sabda beliau, “Jika kalian memohon (Surga)
kepada Allah, maka mintalah (Surga Firdaus), itulah Surga yang paling di tengah
dan paling tinggi, dan atapnya adalah Arsy (Allah Ta’ala) Yang Maha Pemurah.”[8]
Bukankah dengan ini mereka pantas disebut sebagai
orang-orang yang memiliki ‘selera tinggi’?
Sebagaimana orang-orang yang menjadikan dunia sebagai
target utama dalam hidup mereka, pantas disebut sebagai orang-orang yang
memiliki ‘selera rendah’ sesuai dengan kerendahan dan kehinaan dunia itu
sendiri.
Imam ‘Abdur Rauf al-Munawi rahimahullah
berkata, “Dunia itu dinamakan ‘dunia’ (secara bahasa berarti yang rendah/
dekat), karena kedekatannya (cepat berakhirnya) dan kerendahannya
(kehinaannya).”[9]
Oleh karena itu, Allah Ta’ala menyebutkan sifat
utama yang ada pada penghuni Neraka yaitu selalu memprioritaskan kehidupan
dunia yang rendah.
Allah Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى، وَأَمَّا مَنْ خَافَ
مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ
الْمَأْوَى
“Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih
mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”
(QS. An-Naazi’aat: 37-41).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berlindung kepada Allah Ta’ala dari ‘selera yang rendah’ ini,
sebagaimana dalam doa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ولا تَجْعَلِ الدُّنْيا أَكْبَرَ
هَمِِّنا ولا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
“(Ya Allah) janganlah Engkau jadikan dunia (harta
dan kedudukan [10] sebagai target utama kami dan
puncak dari pengetahuan kami.”[11]
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Barangsiapa yang bercita-cita untuk (meraih) perkara-perkara yang tinggi, maka
wajib baginya untuk menekan kuat kecintaan kepada perkara-perkara yang rendah
(dunia).” [12]
Sikap inilah yang ditunjukkan oleh shahabat yang
mulia, Shuhaib bin Sinan radhiallahu ‘anhu, ketika beliau berhijrah dari
Mekkah ke Madinah, yang untuk itu beliau harus menyerahkan harta dan emas
berlimpah yang beliau miliki kepada orang-orang kafir Quraisy, agar mereka
tidak menghalangi hijrah beliau ke Madinah. Sehingga ketika beliau telah sampai
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah mengetahui
kejadian tersebut berdasarkan berita dari Malaikat Jibril ’alaihis salam,
waktu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kabar
gembira kepadanya dengan bersabda, “Wahai Abu Yahya, (sungguh) telah
beruntung perniagaanmu”, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkannya
sebanyak tiga kali.” [13]
Kemuliaan dan Keutamaan dari Allah Ta’ala
Sesuai dengan Kesungguhan Manusia
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjuang dengan
sungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami berikan
hidayah kepada mereka (dalam menempuh) jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al- ‘Ankabuut:
69).
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah ketika
mengomentari ayat di atas, beliau berkata, “(Dalam ayat ini), Allah Ta’ala
menggandengkan hidayah (dari-Nya) dengan perjuangan dan kesungguhan (manusia),
maka orang yang paling sempurna (mendapatkan) hidayah (dari Allah Ta’ala)
adalah orang yang paling besar perjuangan dan kesungguhannya.”[14]
Tidak terkecuali dalam hal ini, untuk meraih
keuntungan besar dalam perdagangan akhirat tentu sangat dibutuhkan perjuangan
dan kesungguhan. Kesungguhan dalam memahami petunjuk Allah Ta’ala dan
mengamalkannya untuk mencapai ridha-Nya. Inilah jalan untuk mencapai keuntungan
yang tinggi dan mulia dalam perdagangan akhirat, yaitu surga yang penuh dengan
berbagai macam kenikmatan besar yang “belum pernah dilihat oleh mata, belum
pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam benak manusia.”[15]
Seorang penyair mengungkapkan hal ini dalam bait syairnya,
Maka katakanlah kepada mereka yang mengharapkan
perkara-perkara (balasan) yang tinggi
Tanpa kesungguhan/perjuangan (berarti) kamu mengharapkan sesuatu yang mustahil (kamu dapatkan)
Tanpa kesungguhan/perjuangan (berarti) kamu mengharapkan sesuatu yang mustahil (kamu dapatkan)
Inilah makna yang diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Orang yang berjihad/ berjuang dengan sungguh-sungguh (yang sebenarnya)
–dalam riwayat lain: jihad/ perjuangan yang paling utama– adalah orang yang
berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah
Ta’ala –dalam riwayat lain: dalam ketaatan kepada Allah –.”[16]
Nasihat dan Penutup
Inilah perniagaan akhirat dan perniagaan dunia, dan
inilah perbandingan antara keduanya, manakah yang akan anda pilih?
Allah Ta’ala berfirman,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاها قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ
مَنْ دَسَّاهَا
“Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaan, Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (dengan
ketakwaan), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (dengan kefasikan).”
(QS. asy-Syams: 7-10).
Kehidupan dunia yang kita jalani, hakekatnya adalah
pertaruhan diri kita untuk membawanya kepada jalan kebaikan atau kebinasaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Setiap manusia menjalankan (kehidupannya) dan menjual
(mempertaruhkan) dirinya, maka (ada orang) yang membebaskan (menyelamatkan)
dirinya dan (ada pula) yang membinasakannya.“[17]
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Makna
hadits ini adalah setiap manusia mengusahakan (mempertaruhkan) dirinya, di
antara mereka ada yang menjualnya untuk Allah Ta’ala dengan (menetapi)
ketaatan kepada-Nya, maka dialah yang membebaskan (menyelamatkan) dirinya dari
siksa (neraka yang sangat pedih), dan di antara mereka ada yang menjualnya
untuk syaitan dan hawa nafsunya dengan menuruti (ajakan) keduanya, maka dialah
yang membinasakan dirinya.”[18]
Semoga Allah Ta’ala menjadikan tulisan ini
bermanfaat untuk memotivasi kita agar semangat dan bersungguh-sungguh mengejar
keuntungan mulia dalam perdagangan akhirat yang tidak akan merugi.
Dan semoga Dia senantiasa memudahkan taufik-Nya bagi
kita untuk meraih keridhaan-Nya dan semua kedudukan yang mulia dalam agama-Nya,
sesungguhnya Dia Maha Dekat, Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد
وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 8 Muharram 1431 H
Abdullah bin Taslim al-Buthoni
Catatan Kaki:
Catatan Kaki:
[1] Kitab Tafsir Ibnu Katsir,
3/560
[2] Kitab Fathul Qadiir, 5/311
[3] Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir,
4/463
[4] Kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan,
hal. 689
[5] HR. at-Tirmidzi (no. 2450) dan
al-Hakim (4/343), dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim dan disepakati oleh Imam
adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah
dalam Ash-Shahiihah, no. 954 dan 2335
[6] Lihat kitab Tauhfatul Ahwadzi,
7/124 dan Fathul Qadiir, 6/123
[7] Kitab Tafsir Ibnu Katsir,
2/515
[8] HSR. Bukhari, no. 2637 dan 6987
[9] Kitab Faidhul Qadiir, 3/544
[10] lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi,
9/334
[11] HR. Tirmidzi (no. 3502), dinyatakan
hasan oleh Imam at-Tirmidzi rahimahullah dan Syaikh al-Albani rahimahullah
[12] Kitab Miftaahu Daaris Sa’aadah,
1/108
[13] HR. Hakim (8/31) dan ath-Thabrani
dalam Al-Mu’jamul Kabir, no. 7296, dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim
dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi rahimahullah
[14] Kitab Al-Fawa-id, hal. 59
[15] Sebagaimana dalam hadits qudsi riwayat
Imam al-Bukhari, no. 4501 dan Muslim, no. 2824
[16] HR. at-Tirmidzi (no. 1621), Ahmad
(6/21,22), Ibnu Hibban (no. 4862), dinyatakan shahih oleh Imam At-Tirmidzi,
Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani rahimahumullah
[17] HSR. Muslim, no. 223
[18] Kitab Syarhu Shahiihi Muslim,
3/102
==========================================
Rabu, 27 Maret 2013
SEMINAR ORISA 2013
Peserta Seminar ORISA 2013. Ketua Panitia dan Koordinator SDI, Pak DEKAN, Pembicara Pak Irwan, MP |
Sambutan Ketua Umum FoKEI FE UNRAM. Misbahruddin |
Ketua Umum Fokei Misbahruddin menyampaikan bahwa NTB merupakan salah satu daerah dengan mayoritas penduduknya adalah muslim, karena itu sudah sangat layak NTB menjadi daerah pelopor pengembangan ekonomi islam di Indonesia. Hal ini bukan bukan merupakan impian yang mustahil, karena potensi itu sangat besar didaerah ini diantaranya yaitu : 1). jumlah penduduk muslim yang besar menjadi potensi nasabah industri keuangan syari'ah 2) sumber daya alam yang melimpaah yang dapat dijadikan underlyng. dan lain-lain.
Secara Nasional selama 5 (lima) tahun terakhir ini, perbankan syari'ah mengalami peningkatan yanag sangat pesat keseluruhan asetnya mencapai Rp. 144 triliun, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai lebih dari 40 %.
perkembangan tersebut cukup menggembirakan sekaligus merupakan tantangan. mengembirakan karena sistem ekonomi syari'ah yang sebenarnya mempunyai bentuk keunggulan antara lain karena menganut asas keseimbangan yang adil, mulai dikenal dan mendapat perhatian bukan saja pada tataran konseptual tetapi juga sudah masuk pada tataran operasional
Ditengah pekembangan industri perbankan syari'ah yang pesat tersebut, perlu disadari masih banyak beberapa tantangan yang harus diselesaikan agar perbankan syari'ah dapat meningkatkan kualitas pertumbuhannya dan mempertahankan akselarasinya secara berkesinambungn.
Berdasarkan hal-hal yang terdapat dalam tataran masyrakat atau problem-problem maka kami dari Forum Kajian Ekonomi Islam (FoKEI) Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, merasa berkewajiban untuk ikut serta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang ekonomi syari'ah ini, maka kami mencoba menggagas kegiatan yang kiranya dapat dijadikan sebagai mediator untuk memberikan edukasi sekaligus sosialisasi kepada masyarakat tentang ekonomi syariah. dengan tema "MEMBANGUN PEREKONOMIAN SYARIAH DARI NTB UNTUK INDONESIA"
Hadirin yang saya hormati ketahuilah bahwa ekonomi islam itu tidak akan bumi di NTB khususnya umumnya indonesia tanpa memulai dari diri kita masing. baru lkita mencoba merubah perekonomian yang di anut oleh keluarga kita.
dan ketahuilah hadirin sekalian jika kita ingin menjadikan NTB ini menjadi Daerah yabg robbani maka salah satunya adalah memulai dari keluraga yang Robbani. jika kelurga Robbani sudah terbentuk baru masyarakat dan Daerah itu akan terbentuk. maka dari itu perbaiki keluargamu, dan untuk generasi muda mulailah memperbaiki dirimu agar kiranya kita semua melahirkan buah yang baik juga.
Sekian.
Wassalamualaikum War.Wab.
Langganan:
Postingan (Atom)